Informasi

Integritas Nilai-Nilai Islam dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dipublish pada : Thu, 07 Mar 2024
Oleh : achmad dwi aryanto


Integritas Nilai-Nilai Islam dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Integrasi nilai-nilai Islam dalam bimbingan dan konseling bukan hanya tentang memberikan solusi praktis, tetapi juga membantu individu mencapai kesejahteraan lahir dan batin sesuai dengan ajaran agama serta membantu peserta didik mengatasi masalah dan mengembangkan diri dengan berlandaskan Islam.


Istilah “Islamisasi Ilmu” bisa diartikan sebagai bentuk penggabungan antara ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai tauhid Islam. Melatar belakangi proses penggabungan atau integrasi ini adalah harapan besar umat muslim untuk memperkukuh status islam sebagai landasan ilmu pengetahuan modern dan menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.

 

Fenomena Islamisasi sudah berkembang cukup lama di Indonesia dan telah menjadi perwujudan reaksi intelektual muslim terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern yang sering dianggap kurang sinergis dengan ajaran agama. Bahkan, ada anggapan bahwa beberapa konsep pengetahuan cenderung bersifat “sekuler” sehingga beresiko membawa dampak negatif terhadap masyarakat muslim. Islamisasi bukan berarti secara liberal melabeli berbagai sudut pandang pengetahuan modern dengan ayat Al-Quran, tetapi harus melalui mekanisme asimilasi dan adaptasi selektif sehingga proses reintegrasi antara nilai religius Islam dan ilmu sekuler sejalan dengan jurisprudensi Islam.

 

Contoh penerapan “Islamisasi Ilmu” paling banyak ditemui di sekolah (dasar dan menengah) berbasis Islam di mana kurikulum belajar diubah hampir menyeluruh supaya setiap mata pelajaran yang diajarkan sejalan dengan ajaran agama. Perubahan ini mencakup semua aspek di sekolah, termasuk progran Bimbingan dan Konseling (BK). Beberapa contoh integrasi nilai-nilai Islam dalam BK adalah sebagai berikut:

 

1.      Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis:

·         Guru BK atau “konselor” perlu memahami ajaran Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman utama dalam memberikan bimbingan dan konseling.

·         Mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang relevan untuk memberikan solusi dan panduan.

 

2.      Etika Profesional Berbasis Islam:

·         Konselor harus menjalankan praktik konseling dengan etika yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

·         Menjunjung tinggi kejujuran, kerendahan hati, dan keadilan dalam setiap interaksi dengan konseli.

 

3.      Pendekatan Holistik:

·         Memahami bahwa manusia memiliki dimensi fisik, mental, emosional, dan spiritual.

·         Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam membantu konseli mengatasi masalah di semua aspek kehidupan.

 

4.      Konseling Berdasarkan Akhlak Islami:

·         Mengajarkan akhlak yang baik, seperti kesabaran, kasih sayang, dan pengampunan.

·         Mendorong konseli untuk mengembangkan karakter Islami dalam interaksi sehari-hari.

 

5.      Menggunakan Contoh dari Kehidupan Nabi dan Sahabat:

·         Mengambil inspirasi dari kisah-kisah dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

·         Menyampaikan pesan-pesan moral dan nilai-nilai positif dari kisah-kisah tersebut.

 

6.      Konseling Keluarga Berbasis Islam:

·         Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam membantu keluarga mengatasi konflik dan memperkuat hubungan.

·         Mengajarkan pentingnya komunikasi yang baik, pengertian, dan toleransi dalam keluarga.

 

Integrasi nilai-nilai Islam dalam bimbingan dan konseling bukan hanya tentang memberikan solusi praktis, tetapi juga membantu individu mencapai kesejahteraan lahir dan batin sesuai dengan ajaran agama serta membantu peserta didik mengatasi masalah dan mengembangkan diri dengan berlandaskan Islam.

Tantangan dan Jawaban

Tentu, ada beberapa tantangan khusus dalam menerapkan program Bimbingan dan Konseling (BK) Islami di sekolah. Berikut adalah beberapa di antaranya:

 

1.      Keseimbangan Antara Agama dan Psikologi:

·         Konselor perlu memahami dan mengintegrasikan prinsip-prinsip psikologi dengan nilai-nilai Islam.

·         Menemukan keseimbangan antara pendekatan ilmiah dan spiritual dalam memberikan bimbingan.

 

2.      Konteks Multikultural:

·         Di sekolah, terdapat siswa dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda.

·         Konselor perlu sensitif terhadap perbedaan ini dan menghormati keberagaman.

 

3.      Stigma Terkait Konseling:

·         Beberapa siswa atau orang tua mungkin masih menganggap konseling sebagai tanda kelemahan atau masalah serius.

·         Membangun pemahaman bahwa konseling adalah langkah positif untuk pertumbuhan dan pengembangan.

 

4.      Keterbatasan Sumber Daya:

·         Beberapa sekolah mungkin memiliki keterbatasan sumber daya untuk program BK.

·         Konselor harus kreatif dalam mengatasi keterbatasan ini.

 

5.      Kesulitan dalam Mengatasi Masalah Spiritual:

·         Beberapa masalah yang dihadapi siswa bersifat spiritual, seperti keraguan iman atau konflik moral.

·         Konselor perlu memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam untuk memberikan bimbingan yang relevan.

 

Meskipun ada tantangan, penerapan program BK Islami dapat memberikan manfaat besar bagi siswa dan membantu mereka tumbuh secara holistik sesuai dengan nilai-nilai agama.

 

Peningkatan SDA dengan merekrut atau melatih konselor yang menguasai dasar pemahaman nilai-nilai Islam bisa memberi kontribusi besar pada proses integrasi. Keterlibatan wali murid dan masyarakat dalam peningkatan kesadaran pentingnya BK Islami juga akan membantu terbentuknya pribadi peserta didik yang berilmu dan beragama. Selain itu, diperlukan kolaborasi dengan lembaga keagamaan dan pemuka agama untuk mengadakan kegiatan Islami dan memperkuat nilai Islam di sekolah.

 

Achmad Dwi Aryanto,S.Pd